Mataram, MediaMe.id – Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah tekankan rapid test kepada seluruh santri sebagai salah satu upaya, penerapan protokol kesehatan ditengah pandemi Covid-19.
“Begitu masuk pondok, harus lakukan rapid test kepada semua santri-santriwati yang akan memasuki lingkungan ponpes. Pastikan semuanya dalam keadaan sehat dan bersih,” tegasnya saat webinar Pendidikan Nahdlatul Wathan di pendopo Wagub, Rabu 29 Juli 2020 bertema “Kesiapan pondok pesantren Nahdlatul Wathan memasuki new normal di masa pandemi covid-19 tahun pelajaran 2020/2021”.
Lebih jauh orang nomer dua di Nusa Tenggara Barat ini, mengingatkan, kehidupan di lingkungan pondok pesantren merupakan lingkungan yang melibatkan santri serta para ustad yang cukup banyak. Oleh karenanya, memiliki potensi penularan yang begitu cepat, apabila salah satunya terinfeksi Covid-19. Jangan sampai ada satu santri yang menularkan virus corona kepada santri yang lain.
“Bisa kita bayangkan, jika salah satu santri terinfeksi Covid-19 maka otomatis akan menularkan kepada yang lain, bukan hanya hanya satu atau dua orang saja. Tapi ada ratusan santri yang ditularkan dalam waktu yang sangat singkat,” kata dia.
Untuk mengantisipasi munculnya klaster baru di pondok pesantren, Rohmi meminta kepada semua pimpinan pondok pesantren di NTB untuk menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung protokol kesehatan di lembaga pendidikan agama tersebut seperti, penyediaan tempat cuci tangan yang cukup bagi santri-santriwati di semua sudut ponpes.
Kemudian harus ada ruang isolasi yang diperuntukan bagi santri yang sakit sebagai pertolongan pertama. Penyediaan kapasitas ruangan dan kamar tidur juga harus ditata dengan baik, dengan mengedepankan jarak antara santri.
“Kami juga meminta kepada pihak ponpes untuk menyediakan alat termometer untuk mengecek suhu para santri tiap hari. Agar merekam benar-benar bebas dari Covid-19,” tegasnya.
Rohmi mendorong agar semua santri dapat melakukan olahraga rutin disela-sela kegiatan untuk tetap menjaga sistem imun tubuh serta kebugaran tubuh mereka dalam belajar. Selanjutnya, aktivitas membersihkan seluruh lingkungan pondok dapat ditingkatkan lagi. Terutama kamar mandi, halaman pondok dan ruang kelas supaya semua selalu dalam keadaan bersih dan sehat.
Bersih dan sehat bukan identik dengan kemewahan. Walaupun tanpa keramik, jika sudah benar-benar bersih maka itulah sehat dan bersih yang sebenarnya,” ujarnya.
Rohmi meminta semua santri dan ustadz nya wajib memakai masker dalam semua aktivitasnya. Bagaimana pun juga jangan sampai semuanya lengah. Biasakan para santri untuk menggunakan masker, apalagi mereka selalu berinteraksi dengan teman yang banyak “Masker itu sangat mudah kita dapatkan, bahkan kita bisa menjahit sendiri. Lagi pula masker bisa dicuci dan dipake berulang-ulang,” pinta dia.
Sementara itu, Kepala Kanwil Agama Provinsi NTB, Dr KH. Muhammad Zaidi Abdad, M.Ag menekankan kepada semua Pondok Pesantren yang memulai aktivitas belajar mengajarnya harus benar-benar memperhatikan protokol Covid-19. Terutama bagi Ponpes yang masuk dalam zona hijau, sementara bagi ponpes yang kategori masih dalam zona merah agar lebih memikirkan mudharat nya.
“Pondok pesantren merupakan lembaga agama yang memberi kemaslahatan bagi masyarakat dan bangsa. Tentu harus mengikuti semua anjuran pemerintah di tengah pandemi Covid-19 saat ini,” katanya.
Dalam situasi wabah saat ini, ia meminta kepada pimpinan pondok di seluruh NTB harus mengedepankan nilai kemaslahatan. Ponpes merupakan lembaga yang tetap menjadi acuan bagi masyarakat dalam hal pendidikan agamanya. Oleh karenanya, ia juga harus mampu mengedukasi masyarakat agar patuh terhadap Protokol kesehatan.
“Edukasi itu dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dalam lingkungan pondok, sehingga semua dapat dilindungi dari Covid-19 yang sedang mewabah,” pungkasnya.(ME.red)