Lombok Tengah, MediaMe.id – Untuk membangkitkan atmosfer pariwisata di Lombok Tengah sebagai Kawasan Ekonomi Khusus yang telah di tetapkan Pemerintah Pusat, Politeknik Pariwisata Lombok (Poltekpar) menyelenggarakan giat workshop bertajuk ‘Protokol Pelayanan Makanan dan Minuman Era Kenormalan Baru di Desa Wisata”.
Kegiatan ini dilakukan dengan metode Webinar yang menghadirkan peserta terbatas di gedung Amphitheater Poltekpar Lombok sesuai protokol kesehatan, Rabu 17 Juni 2020.
Workshop ini merupakan salah satu program pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh Program Studi Tata Hidang.
Direktur Poltekpar Lombok Dr. H. Hamsu Hanafi, mengatakan kondisi saat ini semua masyarakat di tuntut untuk mengikuti semua protokol kesehatan sesuai SOP yang dianjurkan oleh pemerintah dan kegiatan ini bertujuan bagaimana mencari solusi supaya aktifitas tetap berjalan dengan mengikuti protokol kesehatan, jelasnya.
Selanjutnya Hamsu, meyatakan solusi yang dirumuskan bersama ini dapat menjadi acuan dalam beraktifitas. Standar layanan yang didiskusikan bersama ini dapat meyakinkan customer bahwa layanan yang ditawarkan sudah mengikuti SOP protokol kesehatan, harapnya.
Lanjut Dirut Poltekpar, acara Workshop ini kita hadirkan, beberapa asosiasi antara lain ICCA, IFBEC, dan perwakilan dari beberapa desa wisata di Lombok yang dipandu oleh moderator Ramdah, dengan menghadirkan narasumber antara lain Prof. Ike Jenita Dewi, Ph.D, merupakan Dosen Universitas Satya Wacana Jogja,” ungkapnya.
Hamsu Hanafi menjelaskan, materi yang disampaikan dalam workshop itu yakni bisnis kuliner yang merupakan bisnis melewati situasi pandemi. Dimana, perubahan yang terjadi terhadap bisnis pariwisata dan kuliner sasarannya kepada pasar lokal, pasar wiswam, pasar domestik dan wisman.
Salah satu destinasi yang didambakan oleh wisatawan pasca masa kenormalan adalah Lombok. Pelaku pariwisata di Lombok harus menyiapkan diri dengan protokol kesehatan yang menjamin wisatawan untuk datang ke Lombok.
Saat ini lanjutnya, pergeseran yang terjadi adalah kunjungan secara fisik menjadi kunjungan secara virtual sehingga harga dan kualitas menjadi hal yang utama. Terlebih wisatawan akan menghasilkan pengalaman sesuai yang ditawarkan oleh daya saing terhadap layanan yang diberikan.
Pergeseran lain adalah wisata alam menjadi satu hal yang paling diminati oleh wisatawan. Tren wisatawan di masa pandemik adalah kunjungan yang aman, nyaman dan sehat.
Menurutnya, Lombok sebagai penyedia jasa harus kreatif dalam menghadapi masa kenormalan ini tidak hanya jaminan tapi juga secara narasi maupun interpretasi terhadap produk yang ditawarkan.
“Masa pandemi ini menghasilkan semangat berinovasi dan daya saing dalam bisnis kuliner,” kata dia.
Salah satu peserta Workshop dari Indonesian Food & Beverage Executive Associationyakni Yayat S. Priyatna menjelaskan, Food and Bavarage sangat menguntungkan orang yang belum pernah jualan. Jasa delivery menjadi tren dalam pandemik ini. Orang dituntut untuk bisa melakukan apapun. Panduan F&B tidak hanya dilakukan di masa pandemik tapi bagi pelaku pariwisata khususnya kitchen (chef), protokol ini sudah lumrah dilakukan.
“Dalam masa new normal ini yang harus membedakan antara produk yang ditawarkan adalah service yang diberikan. F&B menyiapkan SOP yang lebih kreatif dan kita harus lebih optimis dan lebih konsen. Saat ini industri mengalami situasi yang cukup memperihatinkan,” paparnya.
Dia menambahkan, situasi ini menuntut pelaku F&B harus lebih komitmen dengan servis yang diberikan. Semua hotel menjanjikan produk yang sama, hal ini menuntut agar lebih kreatif memberikan servis yang maksimal.
Disatu sisi, Dr. Farid Said, M.Pd menyampaikan materi tentang kesiapan desa wisata dalam melaksanakan prinsip-prinsip aksi mitigasi, servis higine, rekomendasi.
Menurutnya, wisatawan yang berkunjung ke desa wisata akan lebih selektif dalam memilih desa wisata yang akan dikunjungi. Terutama desa wisatawan yang menjamin kesiapannya dalam menerapkan protokol kesehatan.
Wisatawan akan sangat berhati-hati untuk berwisata ke desa wisata di masa kenormalan baru ini. Hal-hal yang harus dilakukan oleh desa wisata adalah tetap melakukan promosi, melaksanakan protokol kesehatan, dan tetap menjaga hubungan dengan customer.
Dia mencontohkan dalam membuat Diorga, yang mengelola makanan dan minuman di homestay. Dalam hal ini home stay juga harus memiliki protokol tersendiri untuk kesiapannya mengahadapi kenormalan baru ini. Homestay harus memiliki SOP bagaimana antara pemilik dan tamu bisa saling menjamin bahwa protokol kesehatan dilaksanakan Bersama-sama.
“Pelayanan makanan dan minuman di homestay akan dikolaborasikan antara digital dan kebiasaan masa lampau seperti makan dengan tangan, alat-alat yang digunakan, pembayaran digital, dan kontak fisik secara digital,” tutupnya. (ME.red )